Rasionalitas Akal Mencari Tuhan



Tiada sikap yang baik dan mulia sebagai hamba Alloh yang bertahuid cepat atau lambat pasti berjumpa dengannya kecuali langkah takwa menyertai kita dimanapun kapanpun dan dalam kondisi bagaimana pun. Rasullaloh SAW adalah seorang utusan Alloh yang menjadi rahmatan lil alamin membawa rahmat untuk seluruh alam yang berhasil mendobrak dinding pemisah antara bangsa barat dengan bangsa timur, bangsa arab dengan bangsa ajam(diluar bangsa arab) antara kulit hitam dan kulit putih, islam adalah agama yang tidak terikat oleh territorial, geografis, suku, bangsa, rasis, etnis, nasionalisme. Islam adalah agama yang tidak terikat oleh ideology apapun apalagi ideology materialistis atau ideology kepentingan bahkan Islam adalah agama yang tidak terikat oleh sekedar darah keturunan, yang mengikat Islam hanya Alloh dan Rasulnya maka yang paling mulia diantara hamba-hamba Alloh bukan siapa yang bicara atau yang mendengar, bukan siapa yang tua atau yang muda tetapi siapa diantara kita yang paling pandai, paling cerdas, paling tekun mendekatkan diri pada-NYA. Inna akramakum, ‘Indallahiadzqookum” sesungguhnya yang paling mulia diantara hamba-hambaKu adalah siapa diantara mereka yang paling bertakwa  (QS Al Hujarat : 13)
 
Takwa adalah penilaian yang paling objektif. Rasulullahi Saw bersabda: akiyya summin ummatii aksarhum zikralmaut wa asyaddu isti’dadanlah, “yang paling cerdas, yang paling pintar yang paling mulia diantara umatku adalah siapa diantara mereka yang paling banyak ingat mati dan mempersiapkan hidup setelah mati”. 

Rasionalitas Al Quran sebagai mukjizat 

Prof Bernard berkata “semakin maju zaman semakin tinggi tingkat peradaban dan kebudayaan umat manusia, semakin luas otoritas intelektual manusia dan lambat laun tapi pasti  dengan pasti manusia berlomba- lomba meninggalkan agamanya masing masing”. Ada dua faktor yang melatarbelakangi fenomena yang agresif  ini.

Pertama mereka menganggap agama sudah tidak sanggup lagi menjawab kebutuhan umat manusia dan tidak lagi sesuai dengan zaman, akibatnya mereka mencari solusi dan alternative lain yang mampu menjawab problema tersebut. Sengaja atau tidak sengaja sadar atau tidak sadar lahirlah agama baru atau mereka sendiri yang melahirkan agama baru itu. Materialisme, skulerisme, hedonisme dan dalam konteks bahasa kenabian yaitu hubbu dunya wa karahatul akhirah. “terlalu cinta dunia yang sangat-sangat berlebihan dan akibatnya mereka takut mati”.

Disisi lain mereka menganggap agama hanyalah mitos-mitos lama, cerita-cerita sakral dan kalau pun yang dihidupkan dalam agama hanyalah ritual rutinitas bukan ritual yang berkualitas. Boleh jadi Allahuakbar di atas hamparan sejadah, Allahuakbar di musholla, Allahuakbar di masjid tetapi dilapangan, dikantor bahkan di hotel sekalipun nafsu Akbar. Dimulutnya bertasbih, bertahmid, bersholawat tapi dimulut ini lah juga ia berbohong, menipu, meng gibah, fitnah. Lagi sholat ia tutup auratnya sopan rapi, mulia sehingga mudah dikenal oleh para penghuni langit dan bumi, dan Alloh abadikan dalam surat Al Ahzab : 59 “…Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu..” . Seribu kali sayang walaupun berikral dalam sholatnya tunduk, patuh seusai sholat pakaian sopan santun mulia itu kembali ditanggalkan diganti dengan pakaian yang serba transparan.

Kedua mereka menyatakan “my brain is my god”, otak ku adalah tuhan ku, dengan olah otak, imajinasi otak, melahirkan pengetahuan, dari sains melahirkan teknologi dan dari teknologi semuanya dapat mempermudah manusia dalam mengelola segala urusannya. Maka disaat itu manusia tidak lagi membutuhkan agama bahkan titik kulminasinya “bukanlah Tuhan yang menciptakan manusia tetapi manusialah yang menciptakan Tuhan

Dengan alibi yang sangat nakal kemudian ia bertanya kalau memang tuhan itu ada, maka dimanakan adanya?, Kalau memang tuhan itu ada, kapan adanya? Telur ayam yang dulukah atau ayam yang dulukah?, kalau memang tuhan itu ada, bagaimana wujudnya? Maka tidak mustahil ada agama yang mewujudkan tuhan, dalam bentuk benda-benda, hewan-hewan, manusia. Sangat unik kan? Tuhan dipersonifikasikan dalam bentuk manusia. Kalau memang alam raya ini ciptaan tuhan dan itu yang menjadi alasan semua agama, lalu siapa yang menciptakan tuhan? Pertanyaan-pertanyaan sangat nakal ini akan kita jawab dalam pernyataan dibawah ini:

Dari dua pernyataan ini melahirkan dua pertanyaan,

Pertama apakah semua agama tidak sanggup menjawab kebutuhan umat manusia dan tidak lagi sesuai dengan zaman. Sebagai mana Karl Marx berkata ”semua agama adalah candu” padahal thesis Karl marx adalah pada satu agama dari kegagalan agama gerejani pada saat itu. masih ingat? Tirani intelektual Nicolaus capernicus, Galileo adalah tumbal dari tirani intelektual itu. Kaum gerejani kala itu beranggapan bahwa bumi itu sentries padahal dalam hasil penelitian bahwa matahari sentries, karena perbedaan antara ahli astronom ilmuan dan gerejani dikala itu karena gerejani berkuasa maka para ilmuan dihukum bahkan ada yang di bakar hidup-hidup. 

Kemudian ada juga tirani ekonomi dimana para jemaat diharuskan membayar sebagian hartanya untuk kepentingan tuhan bapa diatas sana, tetapi malah digunakan untuk kepentingan pribadi kaum gerejani, dan yang paling menyakitkan adalah tirani kepercayaan dengan dogma lisensi pengampunan dosa oleh Paus. Sebesar apapun dosa manusia akan dapat diampuni asalkan mampu membayar surat pengampunan dosa tersebut. ”atas nama sipulan bin pulan”, bahwa semua dosanya diampuni baik dimasa lalu, dimasa kini dan yang akan datang kemudian akan duduk berdampingan dengan tuhan bapa disana”. 

Justru doktrin yang terakhir inilah yang menjadi pangkal haloganisme kebrutalan, semakin berani orang melakukan pelanggaran-pelanggaran agama toh nanti diampuni oleh tuhan, semakin berani orang merampok toh juga tinggal di bayar, semakin berani orang korupsi toh akan beres dengan duit. Yang baik menjadi jahat dan yang jahat semakin menjadi-jadi jahatnya. Kemudian Karl Marx kecewa lalu menarik kesimpulan dengan emosional bahwa agama tak ubahnya seperti tirani. Penjara kehidupan dan lalu dengan tergopoh-gopoh mengatakan bahwa semua agama adalah candu. Baik kalau semua adalah candu, berarti Karl Marx berkata semua yang berkaki empat adalah kerbau, padahal tidak hanya kerbau yang berkaki empat ada anjing, kucing pun berkaki empat, berarti pasti ada satu kebenaran mutlak dari kebenaran nisbi.

Pertanyaan kedua manusia yang bagaimana yang harus memiliki agama, apakah manusia-manusia yang sudah cerdas tidak perlu agama, dalam artian lain agama hanyalah bagi orang-orang yang bodoh, orang-orang yang kampuangan, lalu agama terkesan keterbelakangan. Dalam menjawab pertanyaan semacam ini diperlukan pengkajian secara objektif bukan subjektif, rasional bukan emosional, bhasan otak bukan hati. 

Mengapa demikian? Jika pengkajiannya secara subjektif, emosional atau hati maka hasilnya adalah nisbi, relative dan semu alias kebenaran yang terbatas. Semua agama benar menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing adalah benar tidak salah karena menurut kepercayaannya masing-masing hasilnya relative namun jika dikaji secara rasional objektif tidak mungkin semua agama benar pasti ada kebenaran mutlak diantara kebenaran nisbi, pasti ada kebenaran objektif/umum diantara kebenaran subjektif yang terbatas.

Kita mulai pengkajian objektifitas ini dengan mencari jawaban syarat-syarat tuhan, jika tuhannya benar maka agamanya benar.

1. Teori Relativitas
Einstein terbatas oleh 4 dimensi ruang, waktu, daya dan guna. selama terbatas oleh 4 hal ini maka disebut alam raya. Berati syarat tuhan yang pertama adalah mutlak tidak terbatas dan relativitas inilah menjawab pertanyaan-pertanyaan nakal tadi seperti dimana?, kapan?, siapa yang menciptakan tuhan? Kalau ada yang bertanya dimana? Berarti terbatas oleh dimensi tempat itu bagian dari alam, tuhan tidak terbatas oleh dimensi tempat, lalu pertanyaan kapan? itu terbatas dimensi waktu, bagaimana? berarti terbatas dimensi wujud dan guna. Lalu siapa yang mencipkan tuhan, teori ini mengjarkan bahwa jawabannya adalah tuhan, yang menciptakan tuhan?, tuhan,,, yang menciptakan tuhan?, tuhan,,, asalkan jawabannya tuhan pasti berhenti pada kata tuhan atau dihentikan oleh tuhan berarti teori relativitas menyatakan bahwa tuhan mutlak tidak terbatas hanya alamlah yang terbatas.

2. Teori Nonautomatic
Bahwa dimuka bumi ini tidak ada yang otomatis atau terjadi dengan sendirinya “bim salabim abraakadabraa” likes magic show David Copperfield. Di balik wayang pasti ada dalang, dibalik film pasti ada sutradara, dibalik permainan pasti ada pemain, dan di balik ciptaan pasti ada PENCIPTA. Maka mungkinkah rotasi evolusi alam yang menakjubkan para kosmolog sehingga melahirkan ilmu pasti ruang angkasa kosmos itu terjadi dengan sendirinya? Maka teori non otomatis ini menjelaskan bahwa adanya pencipta alam raya ini, berati tuhan sebagai pencipta maka dengan mudah teori non otomatis ini menggugurkan teori atheis yang menyatakan tuhan itu tidak ada, sebenarnya ia sudah bertuhan dengan akalnya takala ia menyatakan tuhan tidak ada itulah yang menjadi tuhannya.

3. Teori The Most
Paling tertinggi, terbesar, terkuat, terkuasa, termulia paling mulia itu “only one” satu dalam artian tuhan itu hanya satu tidak dua, atau tiga, apalagi multi tuhan. Satu dalam artinya kebenaran yang benar itu hanya satu semuanya salah, pasti ada satu kebenaran objektif diantara kebenaran yang subjektif, pasti ada emas diantara timah, tembaga dan besi. Pasti ada mutiara diselala lumpur, pasti ada Tuhan diantara hantu-hantu pasti ada agama diantara gama-gama.

4. Teori Super Nature Power
Adanya kekuatan dahsyat di balik nature, kekuatan metafisik yang luar biasa contohnya yang sederhana adalah ruh yang ada dalam diri kita dan ruh adalah bion yang hidup justru jasad ini adalah bion yang mati. Mayit bermata, bertelinga, berkaki tapi tidak dapat berbuat apa-apa karena ruhya sudah tidak ada. Berarti ruh adalah bion yang hidup dan sampai detik ini tidak seorang professor pun apalagi yang awam yang dapat berhasil mendeteksi bentuk dari pada ruh.

Dari ke empat teori ini silakan cari kitab yang dianggap suci oleh umatnya, jika kitab itu mengandung empat unsur teori ini berati kitab itu benar-benar tersuci. Mungkn kita akan kehabisan waktu untuk mencari kitab-kitab suci, jangankan kitab suci yang lain kitab suci sendiri saja jarang kita sentuh, kalau tidak percaya silakan saja datang kerumah-rumah setiap orang islam ketuk pintunya ucapkan salam kemudian mintalah Al-Qur’an yang berada dirumah orang islam itu pegang setelah diberikan ucapkan terima kasih lalu angkat telunjuk tangan sahabat hampir dapat di pastikan telunjuk tangan sahabat akan berdebu, mengapa? Karena mereka jarang menyentuh Al-Qur’an apalagi membacanya, apalagi mengamalkannya. Bukankah amalan itu lahir dari paham, lahir dari penghayatan, penghayatan itu lahir dari paham, paham itu lahir dari membaca dan membaca itu lahir dari menyentuhnya.

Professor Lurth seorang ahli filsafat, dari Rusia beliau pernah mencari kebenaran dari 12 agama, beliau masuk agama satu lalu pindah ke agama yang lain. Dan akhirnya beliau berhenti pada agama yang 12, agama yang ke 12 itu adalah agama Islam. Mungkin sahabat bertanya mengapa beliau memilih agama Islam sebagai agama yang ke 12. Karena beliau sungguh amat benci pada agama Islam, justru kebencian yang sangat luar biasa itulah yang membuat beliau jatuh cinta dengan Islam. 

Dalam Al-Qur’an dikatakan pada surat Al Baqarah ayat 216 yang artinya; “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”.
Al-Qur’anul Karim menjawab secara gamblang dan sempurna problem-problem kehidupan & bukti-bukti ilmiah yang paling mutakhir.

Kita buktikan bahwa 4 teori diatas tadi terjawab didalam Al Qur’annulkarim,

Yang Pertama
teori relativitas bahwa tuhan itu mutlak alam ini yang terbatas. Allah jawab dalam surat yang pendek, padat tapi mengandung bobot tauhid yang luar biasa yaitu surat Al-Ikhlas alias surat Qulhu. Mungkin diberi nama Al-Ikhlas karena kita paling ikhlas membacanya, bahkan kalau kita menjadi ma’mum rela menjadi menjadi ma’mum kalau imamnya membaca Al-Ikhlas. Baik bukan itu makna dari surat Al-Ikhlas, surat Al-Ikhlas itu kaitannya erat dengan Laa ikraha fi ad-dinTidak dipaksa masuk agama Alloh dan agar ikhlas memeluk agama Alloh dalam melaksanakan perintah-perintah Alloh penuh dengan keikkhlasan-keikhslasan”.

Dibalik pendeknya surat Al-Ikhlas ini ternyata mengandung bobot tauhid yang luar biasa, kita buktikan dari teori relativitas dijawab oleh Allah Lam yalid wa lam yulad  Wa lam yakul lahu kufuwan ahad “Tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak satu makhlukpun yang menyerupainya”. Dan ini juga Alloh jawab dalam surat Ar Rahman ayat 25-26 Kullu Man 'Alaiha Fan, Wa Yabqo Wajhu Robbika Dzul Jalaali Wal Ikrom “Semuanya pana kecuali Allah pengatur  alam semesta ini yang baqo atau kekal”.  Berarti manusia itu terbatas, alam ini terbatas dan hanya Alloh lah yang mutlak.
Alloh ada sebelum kata ada itu ada, dan Alloh akan tetap ada sekalipun kata ada itu sudah tidak ada, adanya Alloh karena ketiadaan makhluknya
Kalau soal di mana, kapan, bagaimana, dan siapa yang menciptakan tuhan. Fira’un saja pernah naik ke atas menara yang tinggi atas ide arsitek Bal’an.  Di atas menara yang tinggi itu Fira’un berteriak dengan lantang dan ini Allah abadikan dalam surat Al-Baqarah ayat 55 Wa idz qultum yaa muusaa lan nu mina laka hattaa naroo aloha jahrotan fa akhadzatkumu alshshaa’iqatu wa antum tanzhuruuna “Hai Musa aku tidak akan sekali kali beriman kepada mu sampai aku sanggup melihat tuhanmu dengan mata kepala ku”. Mata adalah instumen yang terbatas, sesuatu yang terbatas maka hasilnya akan terbatas pula tidak usah sombong mata melihat apa yang dilihat, melihat mata itu sendiripun mata tidak sanggup. Berarti teori yang pertama sudah dijawab dalam surat Al-Iklhas.
Yang Kedua
Teori Nonautomatic bahwa di muka bumi ini tidak ada yang automatis. Masih ingat cerita Nabi Ibrahim As ketika mencari tuhan sehingga beliau dikenal sebagai Khalilullah “Kekasih Alloh” karena tauhidnya yang amat sangat luar biasa. Inipun Alloh abadikan dalam surat Al-An’am, Ayat 75-79, ketika beliau melihat Kawakib “Bintang-bintang” haza robbi kata Nabi Ibrahim “Ini Tuhanku” ternyata menjelang subuh bintang-bintang itu tenggelam. Akhirnya Nabi Ibrahim itu berkata “La Uhibbul Afilin” aku tidak suka dengan tuhan yang terbatas. Kemudia ia melihat Al Qomar “Bulan”, haza robbi, ini tuhan ku, ternyata bulan pun menjelang subuh tenggelam, “La Uhibbul Afilin” aku tidak suka dengan tuhan yang terbatas. Kemudian melihat Asy syamsu “Matahari”, haza akbar, ini lebih besar ternyata yang di anggap lebih besarpun itu menjelang magrib tenggelam. Akhirnya Nabi Allah berkata ”La-illam yahdini Rabbi la akunannaminal qaumiddhollin” Ya Rabb seandainya engkau tidak memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami akan menjadi kaum yang sesat. Bertuhan, waktu, tempat, daya dan guna bertuhan yang terbatas, matrialisme, sekularisme. 

Beri petunjuk kami ya Rabb. Allah menjawab “Inni wahjahtu Wajhia lillazi patharassama watiwalardi” Nabi Ibrahim Wajahkan wajahmu kepadaku, akulah pencipta langit dan bumi, “Inni wahjahtu” terkenal sebagai do’a Iftitah dalam sholat sebelum Al-Fatihah.
Prolog sebelum bedialog “Al-Liqho qoblal liqho” kata imam Gozali, berjumpa sebelum berjuma. Berjumpa Allah saat sholat dan insyallah akan berjumpa setelah kita wafat.
Alladzina yadzunnuna annahum mulaqurabbihim wa annahum ilaihi rooojiuuun “Orang-orang khusuk itu adalah dalam shalatnya seakan-akan ia berjumpa dengan Allah sebagaimana ia akan wafat nanti akan berjumpa dengan Allah”. (Al Baqarah :46)
Yang Ketiga
teori The Most bahwa tuhan itu hanya satu, dan ini Allah jawab, lagi-lagi dalam surat Al-Ikhlas agar mengakui tuhan satu itu benar-benar ikhlas Qulhuwallohu ahad  “Katakanlah bahwa Alloh itu Ahad” dan tentu makna ahad itu berbeda dengan satu. Mengapa? Sebab satu itu berbilang, berjumlah, berkali, berbagi, 2:2=1, 1×1=1, 2-1=1 sementara Allah tidak berbilang, tidak berjumlah, tidak berkali, Ahad adalah esa, tunggal. Alloh ahad, kemudian satu artian dalam kebenaran, yang benar hanya satu, semuanya salah!!! Ini pun Allah jawab dalam surat Al-Fath, ayat 28  Huwa alladzi arsala rasuulahu bialhudaa wadiini alhaqqi liyuzhhirohu’alaa alddiini kullihi wakafaa biallohi syahiidaan “Dialah yang mengutus Rasulullah dengan hidayah dan agama yang benar agar ditampakkannya kebenaran terhadap semua agama dan cukuplah Allah yang menjadi saksi” Inilah yang pernah dikatakan oleh professor Lurth “Bila engkau berpikir dengan sungguh-sungguh niscaya ilmumu akan memaksa diri mu untuk mencari tuhan” iqra’ baca, iqra’ teliti, iqra’ observasi. Bismikalladzi kholak  kau akan menemukan Rab yang menciptakanmu. “Siapa yang tahu dirinya maka ia akan tahu siapa tuhannya”

Kemudian yang Terakhir
Teori “Super Nature Power” kaitannya dengan ruh, Allahuakbar. Allah jawab dengan indah dalam surat Al-Israa’ ayat 85 Wa yas-alunaka 'anir ruhi, qulir ruhu min amri rabbi wa ma utitum minal 'ilmi illa qalila “Hai manusia aku berikan kau ilmu qolila (yang sedikit sangat amat sedikit)”.  Imam Ali ra ditanya apakah yang dimaksud dengan “Qolila” Imam Ali ra menjawab dengan analogi “telunjuk tanganmu celupkan kelautan dan angkat setetes yang jatuh itulah ilmumu lautan adalah ilmu Al-Qur’an nur karim”. ditambah lautan lagi semisal, ditambah lautan lagi semisal, dan pohon dijadikan pensil tidak akan bisa menulis dan menjabarkan ilmu-ilmu Allah (QS Luqman:27). Lautan adalah gambaran luas dan dalam. Berarti secerdas-cerdasnya manusia ilmunya sungguh amat sedikit. 

Lalu tidak ada tingkat banding dengan tetesan air laut itu yang amat sangat luasnya dan dalam. Kalaupun ada yang membandingkan itu adalah perbandingan yang bodoh dan naif. Qolila artinya ini, betapa lemahnya ilmu manusia betapa sedikitya ilmu manusia, karena itulah Allah menyatakan “Hai manusia kau bertanya soal Ruh, Ruh adalah urusanku, Kau takkan pernah tahu bentuk dan wadah Ruh sebagaimana kau tidak pernah tau kapan, dimana, bagaimana engkau mati yang pasti kau pasti akan mati”.

Ternyata 4 teori ini dijawab oleh Al-Qur’a nur karim berarti Al-Qur’an adalah ajaran, keyakinan yang sangat objektif, dapat diterima dengan akal yang sehat. Karena terbukti dengan melakukan pengkajian-pengkajian
teori objektifitas berarti mereka yang melaksanakan apa yang ada di dalam Al-Qur’an adalah mereka yang cerdas dan pintar mereka yang bangun ditengah malam adalah orang yang cerdas, mereka berinfak karena mengamalkan Al-Qur’an adalah orang yang cerdas, mereka yang melaksanakan ibadah haji disaat mampu adalah mereka yang cerdas. 

Berarti semakin maju zaman, semakin terjawab bukti-bukti kebenaran Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak pernah ketinggalan zaman, bahkan Al-Qur’an menjaga zaman. Maka bila kita meninggalkan Al-Qur’an maka kita menjadi manusia-manusia yang tertinggal, alias manusia yang terbelakang. Nah saudara-saudari yang kucintai pegang teguh kitab suci Al-Qur’an, sentuhlah, bacalah, pahami, hayati, amalkan, belajar kemudian ajarkanlah Al-Qur’an itu.

Ceramah yang pernah disampaikan oleh Ustad KH Muhammad Arifin Ilham



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak menjamah Puncak Gunung Kencana. Puncak Pass pun tak Mengapa

Peta Perjalannya Manusia (bagian 1)