Bersepeda ke Makam Para Pelaut Asal Jerman
Selepas sholat subuh
saya sudah bersiap-siap bersepeda ke Puncak, Bogor. Namun gagal. Tapi tak
mengapa, toh banyak destinasi mengasikan bersepeda di kawasan Bogor.
Bersepeda
tanpa tujuan. Saya tak mengira di jalan berjumpa Om Atunk yang juga masih
meraba arah tujuan. Demit & Warung Warso menjadi pilihan. Ditengah jalan
sambil berbincang, entah mengapa kami terbesit Situs Makam Jerman. Roda pun
berputar menuju Bendungan Katulampa - Gadog terus berputar sampai tujuan.
Situs
yang terletak di Desa Sukaresmi, Megamendung, Bogor
ini cukup mudah dikunjungi. Dari arah Kota Bogor, masuk saja jalan di belokan
kanan pertama setelah Mesjid Agung Harakatul Jannah Godog.
Nanjak
? Iya itu pasti. Namun jalannya mulus dibalut aspal dan beton sesekali berlubang
namun tetap nyaman untuk tipe Mountain Bike (MTB) ataupun Road Bike (RB) dengan
ban 25'. Tekstur jalannya mirip ke Pabangbon, naik-turun, rolling. Bedanya; banyak intervalnya untuk bernapas, tak terlalu
tajam dan sesekali angkot lewat tapi agak jarang & jalannya cukup lebar
serta tak ada joki dadakan. Maksudnya ojeg hahaha.
Rute angkot selesai.
Disitu ada pertigaan mengarah ke Ciawi, Cisarua dan Makam Jerman. Oh nooo jalan semakin miring kapten! Jalan mengecil,
disisi kanan-kiri pemukiman warga yang agak padat. Jadi berhati-hatilah
melaluinya. Namun itu hanya sebentar. Setelah itu pemandangan alam mulai
tersaji. Sawah ladang warga berlatar belakang perbukitan dan pegunungan
terhampar luas. Napas engap pun perlahan hilang.
Hihihi..
Pokoknya nanjak
teruslah, yang tak kuat berhenti sejenak dan lanjut lagi. Lumayan jauh juga nanjaknya, jangan menyerah hingga
berjumpa musolla kecil berwarna kuning & dua pohon tinggi besar mirip pintu
gerbang keluarga Zoldyck *Eh.
Nampaknya pohon tua itu menjadi saksi bisu mondar mandirnya pasukan Jerman di
kaki Gunung Gede-Pangrango (Gepang). Masih nanjak? Sudah sampai kok om.
"Ini terbuka umum, boleh poto-poto," ujar Nyi, seorang ibu paru baya
yang membersikan situs tersebut.
Menurutnya tiap tahun
banyak orang Jerman yang berkunjung ke makam ini. "Ramai kaya hari
memperingati kematian mereka, dari kedubesnya," katanya.
Usai mengambil gambar.
Kami mencoba menyusuri jalan hingga mentok. Makin tipis, rusak & buntu.
Jika sepeda dipanggul bisa saja menuju gunung Gepang. Puter arah dan pulang.
Saat gowes pulang rada binggung juga di nisan tertulis awak kapal Jerman. Nah
loh kok bisa ya ke 10 orang pelaut itu nyasar di gunung? Emmm ada yang bisa
menjelaskannya?
Komentar
Posting Komentar